
Gangguan seksual pada perempuan akibat epilepsi ini bisa jadi karena masalah hormon. Ketika menjelang menstruasi, umumnya gejala epilepsi semakin meningkat. Penyandang epilepsi sendiri sangat rentan terserang depresi. Bagi perempuan, hal ini tentu bisa memicu gangguan seksual.. Walaupun tidak mengganggu kemampuan di atas ranjang, epilepsi mungkin bisa berdampak pada kesuburan.
Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena pengobatannya. Menurut dr Suryani Gunadharma, SpS(K), spesialis saraf dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, beberapa penelitian menemukan bahwa obat anti epilepsi bisa mengurangi jumlah sperma.
Kentalnya anggapan bahwa epilepsi dapat mengganggu fungsi seksual ini disebabkan adanya ketakutan bahwa munculnya kejang-kejang secara tiba-tiba dapat menganggu aktivitas percintaan. Para pria takut mengalami serangan epilepsi di tengah-tengah kegiatan bercinta, yang lebih ditakutkan, mereka takut menyakiti pasangannya.
"Ada beberapa kejang yang memang cenderung terjadi saat malam hari atau disebut nocturnal seizure. Sedangkan kegiatan seksual lebih banyak dilakukan saat malam hari," kata dr Fitri Octaviana, SPS, Mpd.Ked, ketua Perhimpunan Penanggulangan Epilepsi Indonesia (PERPEI). Serangan epilepsi memang bisa dipicu oleh stres emosional, juga bisa dipicu oleh rasa kelelahan dan mengantuk. Walau begitu, ketakutan bahwa aktivitas seksual bisa memicu serangan epilepsi tidak pernah terbukti secara ilmiah. Jadi kekhawatiran bahwa epilepsi bisa mengganggu kehidupan seksual sebenarnya adalah ketakutan yang kurang beralasan. Epilepsi sebenarnya bisa dikontrol dengan obat, bahkan bisa disembuhkan jika pasien teratur dan rajin menjalani pengobatan. Umumnya dalam waktu 2- 3 tahun,
gangguan epilepsi sudah dapat diatasi, namun penyembuhannya memang tergantung dari tingkat keparahan dan sumber penyakitnya, yaitu di otak.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking